Ketika Ada Jiwa dan Jasad Terlantar



(1)
Apakah hatiku tidak bergetar? Ketika ada jiwa dan jasad yang menyatu terlantar.
Pria berdasi boleh saja berpikir, keterlantaran orang miskin adalah akibat orang miskin tersebut.
Pria berdasi boleh saja bersikap, untuk tidak membagikan hartanya yang penuh dengan kemewahan.
Pria berdasi boleh saja buta, sibuk mempertahankan kehidupan mewah tanpa memperdulikan kehidupan saudara sesama manusia.
Tidak itu semua, mungkin pria berdasi lupa kalau dia adalah jiwa dan jasad.
Namaku Jija. Aku seorang pemikir di kalangan para bocah dengan pemikiran yang selevel orang biasa karena Aku bukan Gatot Kaca. Tetapi pemikiranku adalah kebenaran pemikiranku. Dapat kita lihat gambar kehidupan 2 dimensi. Kita juluki saja dengan nama si Dasi dan si Compang.
Si Dasi merupakan orang kaya dengan makanan mewah di depan wajah. Sedangkan si Compang dan 2 orang bocah dengan aroma makanan mewah yang terlintas didua lubang hidungnya. Jika aroma dapat membuat kenyang, maka alangkah baiknya si Dasi memberikan makanannya kepadaku saja. Pertanyaanya adalah diantara Aku, si Dasi dan si Compang, siapa yang paling hina?
Setiap posisi memiliki peran masing-masing. Positif dan negatif tergantung posisi itu mau digunakan kemana. Dari pada menghujat gambar, alangkah baiknya itu menjadi gamparan buat kita. Bagaimana caranya? Hati nurani Anda lebih mengetahui caranya.

(2)
Bersyukurlah dengan apa yang dimilki hari ini, karena dengan bersyukur maka Tuhan akan melipat gandakan kenikmatan-kenikmatan yang tidak terduga. Yakinlah bahwa Tuhan telah menuliskan rezeki kita semua, jangan merasa takut tidak adanya rezeki karena Tuhan telah menuliskan pada setiap hamba-Nya rezeki yang tidak akan tertukar. Jika kita dalam keadaan yang susah, janganlah mengeluh dan lihatlah orang-orang yang ada di bawah kita. Mereka berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi. Dari gambar yang saya lihat, hati merasa tersayat meskipun hanya sekedar gambar namun menimbulkan rasa penuh haru. Ingatlah jika kita berada d iatas, rezeki kita Tuhan limpahkan, harta yang banyak, tidak perlu memikirkan besok makan apa, apa yang diinginkan selalu dapat, lihatlah orang-orang yang ada di bawah yang mana mereka berjuang untuk makan, kelaparan, sampai-sampai mengkhayalkan makanan dengan mencium aroma saja membuat mereka merasa kenyang.
Pada zaman sahabat juga pernah ada kisah yang serupa dimana ada sebuah rumah yang dihuni oleh wanita yang beranak dua. Suatu ketika anaknya merengek pada ibunya. Wahai ibu saya lapar. Wanita itu menjawab tunggu ibu masakan kalian sesuatu. Anak tersebut menunggu sampai tertidur, tapi setelah mereka bangun masakan ibu belum juga masak. Anak itupun bertanya lagi ibu masakannya kapan masaknya? Ibu menjawab, tunggu sebentar lagi nak. Karena lamanya mereka menunggu berkali-kali mereka menanyakan makanan yang ibunya masak tidak kunjung matang. Anak itupun menangis sampailah sahabat mendengar tangisan anak itu. Lalu sahabat bertanya, mengapa kalian menangis? Ibu anak itu menjawab tidak apa-apa. Karena ibu anak itu tidak berkata jujur maka sahabat pergi dan ketika sahabat melewati rumah ibu tadi, anak itu masih menangis. Sahabat kembali bertanya mengapa anakmu menangis, akhirnya setelah lamanya sahabat bertanya terus menerus ibu itupun menjawab dengan jujur ia berkata bahwa anaknya menagis karena lapar sudah beberapa hari mereka tidak makan. Setelah sahabat mengetahui hal tersebut sahabat langsung pulang dan membawa gandum serta makanan-makanan pokok lainnya untuk diberikan pada ibu tadi. Sungguh mulianya hati sahabat itu yang menyedekahkan makanan untuk menolong orang yang ada di bawahnya. Akhirnya mereka makan dengan lahap dan mereka berterima kasih kepada sahabat yang memberikan makanan pada mereka. Memang kisah yang dulu terjadi pasti akan terjadi di zaman ini juga maka tumbuhkanlah rasa kasih sayang pada sesame, bersyukurlah dengan apa yang Tuhan berikan.

Edisi Selamat Makan Perutku, oleh Hembusan Angin dan Tuyul Bijak.

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram