Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

BUDDHA: Mawas Diri terhadap Pertiwi

 oleh Aida Harfitta Nurulinda Tidak perlu dipertanyakan lagi betapa tempat yang kita tinggali ini amat indah dan nyaman. Tuhan telah menghamparkan sebaik-baiknya tempat yang bisa dihuni ciptaan-Nya. Udara bebas dihirup siapa pun, perairan bisa dimanfaatkan, bebatuan dan tumbuhan dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Falsafah hidup berbagai agama, termasuk agama Buddha menghendaki keseimbangan antara pemenuhan kepentingan material dan spiritual. Buddhadharma menghubungkan lingkungan alam dengan kebutuhan manusia untuk menumbuhkan atmosfer kebahagiaan di muka bumi. Menyadur tulisan Rospita O.P. Situmorang dan Johansen SIlalahi, Agama dan Konservasi Lingkungan: Pandangan Agama Buddha pada Pengelolaan Taman Alam Lumbini , terdapat empat poin penting mengenai prinsip agama Buddha tentang pelestarian lingkungan. Pertama, ajaran bahwa ada hubungan timbal balik yang saling berinteraksi dan memengaruhi ( Paticcasamuppada ). Kondisi alam sangat bergantung pada tata kelola manusia.

HINDU: Kerukunan dan Perdamaian

 oleh Aida Harfitta Nurulinda Budi Raharjo dan Suryanto dalam tulisannya, Kerukunan dan Perdamaian dalam Konsep Hindu memaparkan banyak faktor yang berpotensi memecah belah kesatuan. Misalnya eksklusivisme, puritansi agama, dilema solidaritas, dilema kepatuhan, analisis satu sisi, dilema prasangka, maupun dilema kepentingan politik dan kekuasaan. Kemungkinan-kemungkinan yang disebutkan di atas dapat membawa dampak negatif jika dibiarkan. Terlebih, apabila sudah menyinggung perihal sensitif seperti agama. Maka dari itu, diperlukan wadah untuk meminimalisir retakan pada masyarakat, salah satunya dengan dialog lintas agama. Yang perlu diperhatikan, tokoh yang terlibat dalam dialog hendaknya memahami letak ‘kesensitifan’ agama lain supaya tidak saling singgung atau menjatuhkan. Dalam artikel Binus University yang berjudul Perdamaian dalam Agama Hindu, pustaka suci Veda memuat nilai-nilai luhur untuk menciptakan kedamaian di muka bumi. Nilai-nilai tersebut ialah: 1. Ahimsa (tanpa ke

KHONGHUCU: Kebajikan dan Kebijakan

 oleh Aida Harfitta Nurulinda Agama Khonghucu (istilah Tiongkok, Ru Jiao ) dikenal dengan ajarannya yang sangat menjunjung nilai-nilai moral. Banyak ajaran tentang kebajikan dan kebijaksanaan yang menjadi pedoman hidup penganutnya. Kemunculan Nabi Kong Zi sebagai penyebar ajaran ini membawa nilai moral yang mengatur perilaku manusia agar dapat hidup damai dan seimbang.    Dalam History of Religion karya Allan Menzies, sejarah Cina menyatat bahwa kondisi negara Cina (karakter, perilaku, dan lembaga-lembaga masyarakat) sudah mapan sejak dulu. Masyarakatnya beradab dengan agama yang terorganisir. Raja-raja awal kerajaan adalah orang saleh, dan penulis ajaran kebajikan, meski seiring waktu kondisi tersebut mulai berubah. Sebagaimana Lao Zi, penyebar agama Tao, Nabi Kong Zi juga membangun karyanya di atas sistem catatan-catatan kuno. Ia tidak menciptakan agama baru, melainkan menjadi pembaharu agama. Bedanya, ajaran Konfusius tidak lagi berbicara tentang elemen kuno yang irasional, sep

KATOLIK: 10 Perintah Allah

 oleh Aida Harfitta Nurulinda Sepuluh Perintah Allah (bahasa Latin, Dekalog ) terdapat dalam Perjanjian Lama, yang diberikan kepada bangsa Israel dengan perantara Nabi Musa di Gunung Sinai. Dasa Titah ini juga dipercaya dalam Katolik, yang merupakan dasar dari seluruh tema Alkitab. Perintah ini tertulis pada dua loh batu, yang mana batu pertama menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan batu kedua menjelaskan hubungan manusia dengan sesamanya. Kesepuluh perintah itu terdapat dalam Keluaran 20: 1-17, yang intinya antara lain: 1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesatu 2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat 3. Kuduskanlah hari Tuhan 4. Hormatilah ibu-bapamu 5. Jangan membunuh 6. Jangan berzina 7. Jangan mencuri 8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu 9. Jangan mengingini istri sesamamu 10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil Kesepuluh perintah di atas menggambark

KRISTEN: Cinta Kasih Pada Sesama

oleh Aida Harfitta Nurulinda  Tidak jauh berbeda dengan tulisan sebelumnya mengenai Islam, saling mencintai dan mengasihi sesama adalah hukum kedua dari ajaran Kristen. Dalam Islam, hukum pertama adalah hablu minallah (hubungan dengan Tuhan). Dalam Kristen pun demikian, Yesus Kristus menerangkan bahwasanya hukum yang terutama dalam hukum Taurat adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan. Kasih kepada sesama menjadi bagian yang penting. Banyak ayat dalam Alkitab yang menganjurkan cinta kasih. Salah satunya dalam Markus 12:31, Dan hukum yang kedua ialah: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini . Mengutip dari buku The History of Religion karya Allan Menzies, bahwa, “Agama Yesus, oleh karena itu adalah agama cinta saja. Sifat ilahi diwujudkan dalam cinta, dan dorongan yang dikomunikasikan agama, hanya dorongan untuk dicintai dan mencintai.” Sifat cint

ISLAM: Kasih Sayang Bagi Semesta Alam

 oleh Aida Harfitta Nurulinda Sebagai agama besar dunia, Islam yang dibawa Rasulullah SAW telah melewati banyak fase sehingga dapat dianut dan dikenal oleh umat manusia. Ajaran yang menegakkan Tauhid ini membawa kasih sayang yang disebarkan tidak hanya pada diri sendiri, namun juga sesama manusia, makhluk hidup, serta lingkungan. Islam menganjurkan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, penyamaan derajat antara perempuan dan laki-laki, menjaga alam dan isinya, serta menjaga manusia agar tetap sesuai kodratnya. Rasulullah SAW hadir di dunia ini dengan membawa rahmat yang ada dalam dirinya. Rahmat itu bukan hanya untuk umat Muslim semata, namun juga untuk umat non-Muslim. Dari sini, jelas sekali bahwa dalam menyebarkan kasih sayang, Islam tidak membeda-bedakan objeknya. Sebagaimana tertera dalam Surah al Anbiya ayat 107, yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Tidak ada redaksi ‘bagi umat Islam saja’ di dalam