Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Aku ini siapa? Apakah makhluk hidup atau sejenis makhluk lainnya? Dahulu aku yang kamu bangga-banggakan sedang memilikiku. Dahulu kamu selalu membuat janji-janji manis yang hampir setiap hari kamu ungkapkan. Memang aku yang terlalu bodoh untuk bisa mempercayai kamu dengan waktu yang sangat singkat itu. Tuhan memang sudah membuat skenario ini dengan indah, supaya aku bisa tersadar dari pahitnya rasa jatuh cinta. Kamu pernah berkata, “siapa suruh mau pacaran, pacaran itu harus kuat dengan rasa sakit”. Sekarang ucapanmu terbukti, bahwa siapa yang sakit itu, dialah aku. Aku yang sejak dahulu merasakan sudah di bohongi oleh sikapmu, memang benar kata pepatah bilang, “jika diawal sudah melakukan kebohongan, apalagi dengan selanjutnya”. Aku tertipu oleh dayamu, aku terhipnotis oleh rayuan cintamu, aku terlelap dalam pejaman matamu yang sangat indah untuk menatapku.

Kita berpacaran selayaknya orang lain, kita hanya bertemu di kampus saja. Aku dengannya berpacaran sejak tanggal 12 September 2017 silam, dia datang menemuiku dan aaaaahhhhh sudahlah sudah hanya hamparan kertas yang sudah terbakar hangus. Anehnya, aku tidak menyesali dengan apa yang sudah terjadi ini, karena aku percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana lain dengan mengirimkan ujian ini. Anehnya lagi, semenjak awal bulan Februari sikapnya aneh sekali, tidak ada chat sekalipun darinya, dia selalu berkata, “saya sibuk kerja, tolong pahamin kesibukan saya” (dia kuliah sambil bekerja di salah satu pondok pesantren yang terkenal di Pontianak). Aku selalu berfikir positif tentang dia, dan selalu aku memahami kesibukannya. 

Sebelumnya, aku pernah diajak ke rumah orangtuanya, di sana aku berasa seperti sudah menuju ke jenjang lebih serius. Dikarenakan sang ibunya sudah ada keakraban denganku. Beberapa minggu kemudian, aku diajak lagi ke salah satu keluarganya yaitu adik ibunya, di sana dia meminta komentar dan penilaian dengan hubungan kami. Di sanalah aku merasa sudah mulai yakin dengan keseriusan dia dalam hubungan ini. Perempuan mana sih yang gak baper jika sang pria yang dia sayang mengajak dan bilang dalam keseriusannya? 

Enam bulan sudah kita berpacaran, tiba-tiba dia bilang, “dek, kita buat tabungan bersama yok?”, dalam hati terbenak “ya Tuhan, apakah ini sungguhan?”. Aku langsung menjawabnya dengan sangat senang dan berkata, “iya, setuju”. Hari demi hari sikapnya mulai aneh, tidak ada kabar, ketemu di kampus tidak negur, seperti orang asing saja.

Awalnya dia bilang di grup bahwa dia mau ber-Hijrah, tidak tahu kebenarannya seperti apa. Maka dari itu aku chat dia, “saya mau nanya, bagaimana dengan hubungan ini?” dia menjawab, “memang hubungan kita itu dosa de, saya minta maaf cukup sampai di sini saja, saya mau hijrah, saya mau taubat, tapi saya ndak benci sama adek. Jika kita berjodoh saya akan nyamperin orangtua ade ke jawa, selama ade di kampus IAIN Pontianak ini saya akan selalu menjaga ade”.  Dari sanalah kita putus dengan alasan dia mau berhijrah. Aku kecewa dengan dia karena sampai detik ini tidak ada saling tegur, seperti orang asing dan seperti benci sekali sama muka aku.

Kamu datang dengan membawa cerita yang indah,  kamu juga akhirnya meninggalkan sebuah luka yang sampai saat detik ini belum bisa melupakan. Kehilangan orang yang kita sayang boleh saja, asalkan jangan pernah menghilangkan kenangan-kenangan ketika kamu sedang bersamanya. Terimakasih kamu telah berhasil untuk menjadikan kenangan ini tidak bisa terlupakan oleh kepalaku.


Edisi Malam Minggu Kelabu, oleh Seblak Jaipong.

Komentar

Posting Komentar

What's on?

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram