Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Tertekan Muntah

Tulisan sulit mengalir jika sengaja diminta, atau malah kadang jadi lebih bagus. Kata saudaraku, Egha Mahendra, keseriusan muncul ketika kita dalam keadaan tertekan. Aku belum dapat argumen untuk membantah hal itu, tapi mungkin untuk sekarang, aku setengah setuju. Saat isi kepala mendesak untuk dimuntahkan, saat itu pula jemarimu lincah tergerakkan. Tapi, saat isi kepala beku dan didesak untuk memuntahkan, saat itu pula jemarimu lari ke sana kemari tak karuan. Saat kau membaca hasil “saat” yang kedua, saat itulah kau tahu bahwa tulisanmu bak kapal pecah. Tekanan memang memunculkan keseriusan, dan peningkatan adrenalin serta kepala nyut-nyutan. Bagi mereka yang tak terbiasa bekerja dalam tekanan, kadang di tengah jalan muncul rasa ingin menyerah. Sebaliknya, bagi yang suka tantangan, maka ini adalah wahana menyenangkan. Bekerja di bawah tekanan mampu membuktikan seberapa matang kemampuan kita ketika diberi tanggung jawab secara mendadak, apalagi tenggat. Hasil yang tercipt

Imperial Kolonialis

Mungkin memang aku yang terlalu egois. Aku selalu memegang doktrin “ikan tidak bisa memanjat, monyet tidak bisa terbang, burung tidak bisa berenang”. Diam, dan jangan kaitkan dengan undan atau penguin. Nyatanya, aku menghancurkan pondasiku sendiri. Atas dasar ambisi untuk menghidupkan literasi dunia digital, mata dan hatiku buta. Aku, yang dengan kerasnya menghina kolonialisme, tanpa sadar malah menjadi kompeni itu sendiri. Benar, semut di seberang pulau memang nampak. Kupikir aku terlalu memaksa, mungkin lebih kejam dari Daendles. Ada Anyer-Panarukan baru yang kuciptakan, buktinya ada di dunia digital. Aku memeras keringat mereka–dan kalian, para korban yang mungkin membaca ini–untuk membuat jalan. Apa kalian lebih baik, para korbanku? Tapi, aku tidak berhenti. Saat itu, mungkin aku terlalu membawa hati. Tuhan sengaja menggagalkanku untuk bisa berdiri lebih baik saat ini. Tantanganmu, Watermark (nama teman sekaligus rivalku), tak dapat kusanggupi. Seratus kurang dua pul