Chandra dan Wulan [Ep. 3]




Si Cecep yang tak pernah berubah seleranya tetap ke si Dinda, Dinda Ayu Ningsiah nama panjangnya dan kepanjangan kata si Cecep kalau di gabungin 1 RT. "si Wulan ngambil jurusan apa, Cep? " aku pura-pura bertanya dan kebetulan juga ingin tau. "ngambil jurusan IPS, Chan. Tadi aku dikasih tau sama si Fani yang satu kelas dengannya." si Cecep jelasinnya sangat jelas. "emang kamu nanya ke si Fani, cep, kok dikasih tau? " itu aku tanya si Cecep biar ngobrolnya nyambung terus. "iya aku nanya tadi dan kebetulan mereka semua ngebahas si Wulan yang cantik itu" si Cecep masih melebih-lebihkan, padahal aku juga tau kalau si Wulan cantik. "kamu udah nanya ke si Wulan? " aku nanya ke si Cecep sambil tatap matanya yang hitam putih. "gak lah Chan, malu atuh entar aku dikira suka ke dia. Entar dianya GR" si Cecep jelasinnya penuh percaya diri sampai lupa dirinya siapa. Tapi dia kawanku yang paling baik karena sering neraktir makan kami.

"haha, Cecep itu sudah hilang akal Chan, karena si Dinda nolak mulu makanya ngomongnya kemana-mana." Si Aceng coba meluruskan bicaranya si Cecep yang bengkok. Dan bel sudah berbunyi, itu tandanya waktu istirahat sudah selesai dan kami harus masuk. Aku lupa mengenalkan si Cecep dan Aceng. Cecep dan Aceng itu satu kelas denganku, mereka teman yang baik karena jika aku tidak masuk selalu bilangin izin ke guru, walaupun aku tidak memintanya. Dan sekarang waktunya pelajaran bu Tini yang nama panjangnya tidak asing di negeri kita yaitu ibu Kartini. Dia mengajar pelajaran Fisika yang aku tidak suka. Ibu Tini itu baik, sabar, penyayang, dan tak pernah marah. Pernah ketika dia bertanya tapi aku lupa nanya gimana, dan aku mengajukan tangan seakan-akan aku yang bisa jawab. "iya, Chandra, gimana?" itu ibu Tini nanya ke saya karena sudah mengajukan tangan. "dilempar boleh buk", aku jawab begitu dan ibu bingung. "dilempar gimana, Chandra? ". "dilempar maksudnya aku lempar ke si Cecep biar Cecep yang jawab bu, soalnya tadi dia bilang ke saya dia yang mau jawab." dan si Cecep kaget, aku dengar si Cecep maki-maki dan aku pura-pura tak dengar.

"ih kacau si Chandra mah, wah gawat ni." itu si Cecep yang maki-maki sendiri. "iya boleh, gimana, Cep, jawabannya? " si ibu mulai introgasi si Cecep dan aku selamat. "anu bu, mau izin ke toilet sebentar bu, soalnya kebelet" si Cecep mah masih punya alasan untuk selamat dari pertanyaan malaikat Mungkar dan Nakir. "iya boleh, Cep. Jangan lama-lama." ibu memang baik. Bel pulang sudah berbunyi dan menuntut kita harus pulang. Si Aceng dan si Cecep aku tinggalin karena aku ingin ketemu Wulan. Dan kebetulan dia lagi jalan pulang dengan kawannya, si Rini, aku kenal si Rini Puji Astuti. "selamat siang" aku mulai menyapa si Wulan. "iya selamat siang, siapa ya?" dia bertanya karena mungkin bingung kenapa tiba-tiba ngomong dari belakang. "aku siswa di sini sama denganmu." aku coba jujur karena aku tahu bohong itu dosa. "oh, iya." Dia hanya bilang begitu dan mungkin resah. "maaf kalau aku Mengganggumu." Dan aku langsung pergi karena aku tahu dia mungkin sedang tidak ingin bicara dengan orang asing. Terus aku bilang ke si Rini, "jagain dia Rin, harus selamat sampai rumah". "iya, Chan." si Wulan seperti memandangku aneh, aku tidak menghiraukannya dan langsung pergi.

Bersambung…


Edisi Kita Berdua Sama, oleh Chandra.

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram