Chandra dan Wulan [Ep. 2]



Saya sudah kenyang karena baru makan bubur buatan bi’ Tin yang tidak cantik. Dan aku tidak mau masuk karena terlambat, karena saya memegang teguh kedisiplinan jadi kalau telat lebih baik tidak masuk agar kedisiplinan saya tetap terjaga.

"bibi cantik uy" itu aku ngobrol sama si bibi kasian sendirian gak punya teman.
"ah, si Nanan bercanda atuh. Masak bibi udah tua begini masih dibilang cantik, itu mah namanya bohong" si bibi masih gak percaya kalau dia cantik, karena memang iya bibi tidak cantik di masa tuanya.
"serius atuh bibi mah cantik, dari pertama bertemu aku memiliki rasa sama si bibi" itu aku coba ngerayu si bibi, buat persiapan ngerayu si Wulan nanti.
"haha si Nanan nyoba ngerayu bibi ya" si bibi sudah tau rupanya.
"tapi beneran bi, dari pertama bertemu aku sudah ada rasa ke bibi" agar bibi lebih yakin kalau saya bercandanya serius.
"rasa apa sih nan, maksudnya aku gak ngerti" si bibi sudah mulai serius dan saya bingung harus ngomong gimana.
"iya bi, dari pertama bertemu sama bibi saya sudah ada rasa lapar dan setiap ketemu bibi pasti saya ada rasa lapar" aku cuma mau ngehibur si bibi, jangan sampai kau memiliki pemikiran negatif tentangku karena sungguh aku masih normal.
"si Nanan mah aku kira apa, pastilah semua orang kalau ngeliat si bibi pasti langsung pesen makanan". Sungguh maafkan aku bi, aku cuma ingin bibi itu senyum daripada cemberut mulu nanti cepat muda.

Bel istirahat pun berbunyi dan kawan-kawan saya sudah menghampiri saya, "kok gak masuk, Chan?" itu si Cecep nanya ke saya. "tadi si bibi minta di temenin, Cep. Makanya aku gak masuk demi rasa sayangku dengannya." Aku bilang begitu karena ada si bibi, sengaja biar bibi dengar. "hahah Chandra mah sekarang seleranya berubah ya" itu si Aceng yang bilang gitu. "gapapa biar kenyang terus atuh kitanya." saya harus menjawab dengan sekenanya. Terus si Aceng mengalihkan pembicaraan "Chan, di sekolah kita sekarang ada anak baru cantik uy. Cantiknya ngelebihi si bibi, namanya Wulan. Gak tau Wulan siapa panjangnya." itu si Aceng bilang gitu ke saya, padahal saya sudah tahu tapi saya diam sajalah. 

Terus si Cecep nyambung, "iya Chan, cantiknya itu beda. Di kampung kita mah gak ada yang kayak dia" itu si Cecep yang ngomongnya melebih lebihkan. Terus si aceng nyambung lagi "iya, banyak yang suka lagi, sepertinya satu sekolah suka ke dia semua." si Aceng seperti memiliki sifat pesimis karena mungkin juga suka. "terus kalian juga suka ke siapa itu, Wulan ya? " itu aku bicara biar nyambung saja. "iya si Wulan, kalau aku sih suka tapi gak tau Wulannya suka ke saya atau gak." itu si Aceng yang sepertinya mengeluarkan isi hatinya. "kalau aku sih gak suka karena aku tau si Wulan gak bakalan mau ke saya. Mending yang lain aja lah, si Dinda juga boleh." itu sih Cecep yang dari dulu ngejar si Dinda, tapi Dindanya gak pernah mau, mungkin belum kebuka hatinya si Dinda buat si Cecep yang kurang tampan itu.

Bersambung....

Edisi Kita Berdua Sama, oleh Chandra.

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram