Chandra dan Wulan [Ep. 1]




Namaku Chandra, Chandra Mananta. aku lahir  hari Minggu, tanggal 12 bulan 12 tahun ketenangan yaitu 1995. Tinggiku kira kira 173cm, dan berat badan 60 kg, dengan muka yang tidak terlalu mapan, dengan penampilan yang berantakan. Aku hidup di desa yang tidak ku inginkan setelah aku lahir, tapi aku harus senang karna di sana aku bertemu dengannya, dia adalah Wulan. Wulan Citranika nama panjangnya. Ini kisah 8 tahun yang lalu. Sungguh hidupku langsung berubah, dia telah merubah segalanya dalam hidupku. Seakan-akan aku ingin hidup 100 tahun lagi di bumi. Pertama aku bertemu dengannya kelas 1 SMA. SMAN 09 MEKAR SARI. Dia bukan asli orang sana, dia pindahan dari kota Jurupuyu. Aku tidak tau kenapa dia pindah ke kampung atau mungkin ingin bertemu denganku, atau mungkin Tuhan sudah menuliskan takdirku bertemu dengannya di bumi. Dia satu sekolah denganku tapi beda jurusan, dia ngambil IPS dan aku ngambil jurusan IPA. Dan saat pertama kali dia masuk sekolah sungguh mata para lelaki di sekolah itu seperti terhipnotis hanya tertuju padanya, mungkin dia memakai pelet atau apalah dan aku tidak percaya. Aku yakin itu hal normal siapa yang tidak suka dengan wanita cantik kecuali orang munafik.

Aku juga memandangnya rambutnya yang begitu hitam dan lurus, senyumnya yang begitu bagus dengan gigi tertata rapi. Dan drama itu harus berhenti seketika dengan bunyinya bel yang mengganggu telinga. aku harus pergi ke kantin untuk sarapan bubur karena dari rumah belum makan. Sang bibi tidak menegur untuk masuk karena saya langganannya, jika dia berani menegur saya maka saya tidak akan makan di sana lagi. Dan saya tidak akan berani bilang begitu ke yang lebih senior. Karena bibi sudah sangat baik denganku, sudah mau memberiku makan di waktu jam pelajaran. Namanya bibi Tina dan kami memanggilnya atau terkenalnya dengan sebutan bi’ Tin biar lebih enak didengar. Ciri-ciri rambutnya sepertinya botak karena memakai jilbab, tidak berkumis tipis dan tidak cantik di masa tuanya. Tingginya kira kira 123 cm dan berat badan tidak sampai 1 ton. Aku kenal dengan bi’ Tin tidak terlalu lama, kami pertama bertemu di kantinnya dengan disaksikan kawan-kawan saya, bahwa kami resmi berteman sampai perut kenyang. Dan si bibi memanggil saya dengan sebutan Nanan, mungkin mengambil dari ujung nama saya, itu nama yang sangat istimewa. Hanya dia satu-satunya yang memanggil nama saya berbeda. Karena yang lain memanggilku Chan, mungkin lebih enak didengar.

Bersambung...

Edisi Kita Berdua Sama, oleh Chandra.

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram