Membongkar Siapa Watermark
Sering membaca? Tetapi
tidak mengenal siapa penulisnya. Seiring waktu, setelah membaca karya-karya
luar biasa yang diterbitkan oleh mahabukabuka.blogspot.com, timbul keinginan
saya untuk mengetahui siapa dan bagaimana sosok penulis aslinya, tentu di balik
nama pena yang mereka gunakan. Sebab mereka (para penulis), tidak pernah
mengenalkan diri dalam tulisannya. Serta tidak mengenal satu sama lain,
termasuk saya. Untuk mendapatkan data yang valid, saya mencoba menghubungi
penerbit dari mahabukabuka.blogspot.com, karena penerbit mempunyai data asli
dari para penulis. Sayang seribu kali sayang, penerbit sangat konsisten dalam
menjaga identitas para penulis agar tetap menjadi sebuah rahasia. Akan tetapi
tidak menyurutkan semangat saya untuk membongkar siapa dan bagaimana sosok asli
dari para penulis. Karena terbatas kata-kata dan informasi, maka akan dibahas
satu per satu. Kali ini saya akan membongkar sosok asli dari seorang punulis
dengan nama pena Watermark.
Siapa Watermark? Si misterius yang aktif
menyumbang tulisan-tulisan kreatif, inovatif, berbau realita dalam kehidupan
kita dengan kata-kata yang sulit dicerna atau tinggi bahasanya, katanya. Untuk
menelusuri siapa Watermark, kita
dapat menelusuri histori dari karya-karyanya. Adapun karya pertamanya yang
diposting, berjudul ‘Hujan’ pada tanggal 20 Oktober 2018. Pada karyanya itu,
terlihat bagaimana dia memandang realita yang ada. Ada pun pada pembukaan
tulisannya, khusus bagi saya pribadi sulit dicerna atau dapat dikatakan tidak
terduga-duga. Bagi kalian yang belum membacanya silahkan membaca karya Watermark yang berjudul ‘Hujan’ agar
ketika membaca tulisan saya ini, Anda dapat mengerti tentang apa yang saya
bicarakan. Maka, dapat saya katakan Watermark
ini adalah sosok yang religi (lihat konteks). Jika boleh saya menyambungkan
dengan tulisan yang berjudul ‘Pontianak Bangge!’ yang diposting pada tanggal 23
Oktober 2018, terlihat bahwa Watermark
adalah sosok yang religi dalam arti dekat dengan lingkungan yang berbau agama.
Oleh karena itu, saya memberanikan diri untuk menyatakan bahwa Watermark adalah sosok anak kuliahan,
yang menempuh pendidikan di IAIN Pontianak, jurusan Studi Agama-Agama, berarti
bisa jadi dia adalah teman sekelas saya. Mungkin saja saya pernah berfoto
dengannya.
Nama pena yang
digunakan Watermark, seperti karakter
nama laki-laki. Kecurigaan ini berdasarkan hasil diskusi saya dengan Ayyub. Di
mana penulis hanya mengalihkan karakter sebenarnya yang ia miliki. Akan tetapi
jika mengacu pada seperti yang dikatakan oleh Manusia Baik bahwa “Karya adalah
seni yang khas dalam diri manusia”, baca tulisan Manusia Baik yang berjudul
‘Ketika Aku Menjadi Watermark’. Maka, karakter atau sosok asli di balik
karakter Watermark tetap dapat diketahui.
Kita dapat melihat karakter tulisan-tulisannya. Saya sebagai orang yang mungkin
pernah berfoto dengan Watermark. Oleh
karena itu, kemungkinan di balik karakter Watermark
belum tentu dia adalah seorang laki-laki. Karena bisa saja di balik karakter Watermark adalah perempuan.
Tulisan-tulisan Watermark mungkin
dapat saya katakana memiliki seribu makna, itu yang membuat saya mengatakan
karyanya memiliki bahasa yang tinggi, dan di kelas saya ada seorang perempuan
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata IPK 4.0, mungkin. Selain itu, Watermark saya rasa adalah nama yang
diambil dari bahasa Inggris, dan karyanya sering pula menggunakan bahasa
Inggris. Jika boleh saya jujur, di kelas saya ada seorang perempuan yang
memiliki kecakapan bahasa Inggris yang bagus, bukan berarti teman-teman saya
yang lain tidak dapat berbahasa Inggris.
Sampailah pada
kesimpulan dari argumentasi yang telah saya paparkan. Maka, untuk sementara
ini, sosok yang dicurigai di balik karakter nama pena Watermark, yaitu ada pada foto di bawah ini.
Ada hal penting yang
ingin saya sampaikan. Bahwa kebenaran dalam tulisan ini, terhadap siapa sosok
dibalik karekter Watermark tidak
dapat diyakini 100% kebenarannya. Sebab, saya sebagai penulis masih mencari
fakta-fakta yang lebih kuat untuk membuktikan siapa sosok asli dari karakter Watermark. Oleh karena itu saya berharap
jika Watermark membaca ini, dia
berkenan memperkenalkan diri. Selain itu, saya berharap juga kepada penerbit
untuk menerbitkan tulisan tentang ciri-ciri dari masing-masing sosok asli di
balik karakter penulis dengan nama samaran (nama pena). “Melihat kebenaran di
balik yang tampak.”
Mohon maaf dan terima
kasih.
Edisi Hipotesa dalam Karya, oleh Hembusan Angin.

Komentar
Posting Komentar