Hari Ini Milik Mu


Maafkan aku yang melupakan kalian. Memang tidak sebanding, bahkan tidak ada apa-apa dibandingkan dengan jasa dan kasih sayang kalian. Tidak sepatutnya aku hanya memberi kalian satu hari.
Tanggal 23 Juli itu hari ku, sekarang umur ku sudah 19 tahun, anak remaja menuju dewasa, katanya. Akan ku ceritakan rahasia umum kepada kalian, bahwa Ayah dan Ibu ku selalu ingat hari ku. aku senang, akan tetapi di sisi lain aku turut sedih karena telah menyia-nyiakan 18 tahun umur ku, sebab selalu lupa menyayangi kedua orang tua ku setiap detik. Bahkan hari milik mereka aku renggut. 12 November dan 22 Desember milik mereka.
Hari ini milik mu. Engkau superhero ku yang bekerja tiada henti mencari sesuap nasi. Engkau siap berkeringat hingga bercucur darah untuk keluarga. Bukan tentang membanting setir lagi, tetapi engkau siap membanting tulang yang telah rapuh termakan usia dalam hidup ini. Ku ingin bertanya kepada mu Ayah. Mengapa kau tak pernah mengeluh sedikit pun? Sebab ku tak pernah melihat engkau mengeluh menghadapi kerasnya hidup ini.
Ayah, maafkan aku yang telah melupakan mu, yang tidak menghargai jasa mu, yang meremehkan pekerjaan mu, yang meremehkan penghasilan mu, yang meremehkan segala kebaikan yang kau lakukan untuk ku, anak mu.
Ayah, maafkan aku yang tidak pernah mencium tangan mu, yang tidak pernah memeluk mu, yang lupa mengabari mu, yang selalu bertindak sesuai kehendak ku, tanpa memikirkan perasaan mu. Bahkan, maafkan aku yang sering lupa mendoakan mu. 
Memang hari mu tak seramai hari ibu. Itu tak menjadi tolak ukur. Sebab, anak baik tidak memberi Ayah dan Ibunya hanya satu hari. Selamat Hari Ayah, 12 November 2018.

Edisi Dari Calon Ayah kepada Sang Ayah, oleh Watermark.




Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Bukan Mahabarata

Andai Kata Dunia..

ISLAM: Kasih Sayang Bagi Semesta Alam