Bayangan Semu


Aku melihatnya dari balik kaca jendela

Apa? Sosok hitam besar dengan seberkas cahaya di tangan. Tak jelas parasnya, tak kurus, tak pula gemuk. Ia bergeming, satu tangannya masih terulur menangkup cahaya putih.
Siapa? Mana ku tahu. Ayah sedang bertugas di luar kota. Katanya mengawal salah satu menteri. Paman Bowo, tetangga kananku, bekerja di hotel sampai tengah malam. Paman Nuril, tetangga kiriku, tengah menunggu harap-harap cemas isterinya yang bersiap melahirkan.
Kapan? Ia sudah ada sejak aku hendak menutup jendela. Toh, hari sudah beranjak senja. Langit jingga kehitaman yang mewarnai langit, serta satu titik terang di ufuk. Katanya, sih, itu salah satu planet bernama Venus. Dia dijuluki bintang senja dan bintang fajar. Tapi bagiku, semua sama saja. Bintang tetaplah bintang yang dapat jatuh atau hilang.
Dimana? Di seberang rumah, tepat bersebelahan dengan pohon cemara tempatku bersantai. Ada empat pohon yang berjajar di pinggir jalan, dan aku senang duduk sambil membaca buku di pertengahan mereka. Aku merasa, di sanalah tempat impianku tertanam dan berusaha menyaingi tingginya keempat pohon cemara itu. Markas untuk membaca dan menuangkan pikiran liar, siapa yang berani mematahkanku? Jawabannya, ya aku sendiri.
Mengapa? Ia cukup kurang kerjaan, menurutku. Di senja ini, bukannya pulang atau membersihkan diri. Entah untuk apa ia berada di sana sambil memegang cahaya yang aku tahu jika itu bukan senter atau lentera. Tiba-tiba, ia perlahan berlutut, meletakkan cahaya yang langsung menembus tanah di bawahnya. Seketika cahaya lenyap, dan angin besar menerpaku.
Bagaimana? Mana ku tahu. Aku sampai mundur beberapa langkah. Ku dengar ibu mengetuk pintu kamar, “Jangan terus mengurung diri. Sebuah tim memang harus bekerja sama, dan kau telah melakukannya. Jika ada kegagalan, tak pantas untuk menyalahkan diri sendiri. Bangkitlah, nak.”
Apakah? Sosok hitam besar itu bukan main! Kupegang dada yang berdegup kencang, menatap pintu kamar, lalu menatap keluar. Terpaku, termangu. Aku naif, akan mati sebuah tim tanpa hati.

Aku tak melihatnya dari balik kaca jendela

Edisi Tanyalah Jawabku, oleh Calon Sarjanawati.


Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram