Tebal-Tipis (Pengamatan)


Kubu Raya, 9 Oktober 2018.

Membahas tentang kebersihan, sepatutnya umat Islam paham akan masalah tersebut. Karena agama rahmatan lil alamin yang kita anut ini telah memperhatikan kebersihan umatnya jauh lebih dalam daripada perhatian pemerintah. Untaian kata yang melekat di masyarakat sejak dulu ialah, “Kebersihan sebagian dari iman.” Hal itu berarti, dengan menjaga kebersihan maka kita turut berusaha menyempurnakan iman. Kebersihan yang disebut memang universal, baik dari kebersihan diri maupun lingkungan. Namun problematika  sekarang, banyak yang tak peduli akan kebersihan lingkungan sekitar. Padahal tempat sampah sudah disediakan, tetapi masih saja ada tangan-tangan nakal yang tak bertanggungjawab.

Salah satu kasusnya terjadi hari ini. Tepat setelah shalat ashar, saya duduk menyendiri. Di dekat rak mukenah, wadah air mineral gelas kosong tergeletak begitu saja, entah siapa yang meminumnya. Cukup lama memandangnya, cukup banyak pula wanita yang melintas di dekatnya, kemudian saya putuskan untuk melakukan pengamatan. Terhitung dalam rentang waktu 10 menit, tak seorangpun mengambil sampah tersebut. Waktu pengamatan yaitu pukul 15.30-15.40 WIB.


Waktu
Wanita yang melintas
15.30 – 15.31
4 orang
15.31 – 15.32
4 orang
15.32 – 15.33
2 orang
15.33 – 15.34
2 orang
15.34 – 15.35
Tidak ada
15.35 – 15.40
8 orang

   Tabel jumlah wanita yang melintas tiap menit.

Pada akhirnya, salah satu teman pria saya lah yang turun tangan. Padahal, ada 2 wanita yang sempat duduk di dekat wadah kosong tersebut. Namun entah mengapa hati mereka tak tergugah sama sekali atau mungkin mereka tak –mau- melihatnya. Sungguh sangat lucu melihat hal ini terjadi di kawasan masjid IAIN Pontianak. Dimana label Islami melekat pada seluruh mahasiswa, namun dalam ruang yang kecil saja mereka tak tergerak untuk bertindak. Terlebih, objek pengamatan saya adalah para wanita yang wajahnya dipoles sedemikian rupa. Cantik, tak ada yang buruk parasnya. Tapi apakah begitu tindakan seorang muslimah?

Sebenarnya, yang lebih parah dari para muslimah tak tergerak itu adalah siapa yang tega meninggalkan sampah bekas minumnya di masjid? Ingin sekali saya membuat tulisan besar agar mereka tahu bahwa kebersihan di lingkungan masjid sangat penting untuk dijaga. Bayangkan saja, betapa tidak nyaman keadaan belajar apabila kelas kita kotor. Lalu bagaimana rasanya jika kita beribadah di baitullah, hendak menghadap Allah SWT, namun banyak sampah yang bertebaran? Bukan hanya sekali dua kali saya melihat hal seperti itu. Berkali-kali saya dan teman saya merasa heran kenapa masih ada yang meninggalkan sampah di masjid? Tisu bekas, sisa wadah jajanan, dan bungkus permen adalah item yang sering kami temukan. Belum lagi jika membahas bagaimana kebersihan di kamar mandi masjid yang bisa membuat ubun-ubun kita berasap. Kembali lagi, pelakunya adalah wanita. Saya tidak tahu bagaimana keadaan di kamar mandi pria karena saya belum pernah masuk ke dalamnya.

Sungguh, kesadaran mahasiswi akan kebersihan lingkungan benar-benar minim. Kepedulian mereka hanya sekedar pada kebersihan tubuh, bagaimana mereka memoles wajah agar terlihat menarik, namun abai terhadap keadaan rumah ibadahnya sendiri. Tulisan-tulisan yang dipasang oleh penjaga masjid pun terkadang masih diabaikan, meskipun sedikit banyak menunjukkan kemajuan. Mahasiswi Islam yang digelari agent of change selayaknya membawa perubahan untuk diri sendiri, membuka mata dari keapatisan. Jangan sampai jilbab yang kita panjangkan malah menutupi hati dari kepedulian. Kembali gaungkan bahwa “Kebersihan sebagian dari iman” bukan hanya kalimat turun temurun dari nenek moyang, namun nilai luhur yang harus dilestarikan. Jangan sampai akibat ulah umatnya sendiri, Islam dicap sebagai agama yang buruk dan tak indah lagi. Jangan.

Edisi Make Up Tebal-Tipis Kepedulian, oleh Calon Sarjanawati.




Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Bukan Mahabarata

Andai Kata Dunia..

ISLAM: Kasih Sayang Bagi Semesta Alam