Senin
Senin yang menegangkan.
Bagaimana tidak? Setiap kali manusia dengar kata Senin, pasti mereka bilang waktunya tempur ni, haha.
Mereka memang begitu, selalu menyalahkan waktu.
Padahal tanpa waktu, mereka tidak akan hidup, karena di bumi
ini semuanya waktu. Waktu yang sedikit demi sedikit akan menelanmu mau kau diam
sekalipun. Senin memang berbeda dengan Minggu, tapi menurutku sama. Sama-sama
hari yang orang Romawi ciptakan.
Kata manusia umumnya,
Minggu waktunya santai, waktunya bermain bagi anak SD, dan waktu yang ibuku pilih untuk
melahirkanku. Ibuku bilang sebenarnya
mau Senin biar sama seperti nabi, dan aku bilang aku bukan nabi yang tidak akan
pernah sama. Dan aku ingin sama seperti ayah yang menyayangiku dengan tulus,
yang tidak pernah melahirkan seorang pembenci. Senin yang panjang dan aku rasa
tidak ada alat yang bisa mengukur Senin, walaupun ada, itu hanya Tuhan yang bisa.
Dan Senin ini juga sama
seperti Senin sebelumnya, dengan mengitari
matahari yang tidak akan pernah bisa dilakukan manusia.
Maaf jika harus membuatmu membaca banyak
tentang Senin, dan aku juga malas karna aku cuma bisa
menulis dan tidak membaca. Ah, senangnya aku jika harus merepotkanmu. Udah dulu ya, dan kenapa aku harus ijin? Supaya kalian menganggapku orang sopan.
Bukan,
aku hanya menulis apa yang ingin ku tulis,
bukan mau dianggap baik oleh kalian, menurutku itu tidak penting karna aku tidak mengenal kalian.
Apakah besok aku akan membahas Selasa? Ya itu menurutku tidak harus ku lakukan, biar
Selasa saja yang menjelaskannya, agar aku tak
repot. Dan aku harap kalian senang membaca ini, kalau tidak? Tidak akan ku ajak ke Paris. Eit, kalian jangan berpikir Paris itu di luar
negeri. Karena di kotaku,
kota yang melahirkanku ada Paris, yang tentu ada
kepanjangannya dan aku tidak tau. Ah,
capek ngetik mulu, udah dulu. Aku
mau makan, biar gemuk? Bukan, biar kenyang.
Wassalam,
Edisi Senin-Selasa-Senin-Minggu, oleh Manusia Baik.
Hahahaha. Aaiiiej
BalasHapus