Kemarau
Aku sahabat
dekat dia. Hujan namanya. Apakah dia pernah bercerita bagaimana dia selalu
dinanti dan juga ditakuti? Ya, dia memang begitu.
Aku yang
diharapkan datang setelah hujan berbulan-bulan. Kemarau nama ku. Hujan dan aku
bersahabat sudah lama sekali. Dan kami sangat senang tinggal di Bumi Indonesia
ini. Akan tetapi, banyak manusia Bumi yang masih saja mengeluhkan kehadiran
kami. Lucu ketika manusia Bumi mengeluh dan selalu me-risau dengan
kedatangan ku. Padahal, hujan sahabat ku sudah memperingatkan dan meminta
mereka mempersiapkan diri ketika aku datang. Aku tahu bahwa masih banyak
manusia yang bersyukur dengan kehadiran ku. Hakikat kehadiran ku, bukan hanya
pada pembahasan fisika, apalagi kimia dan biologi. Terima kasih Tuhan, telah
Engkau izinkan aku membawa sinar matahari untuk menghangatkan Bumi yang telah
manusia rusak ini.
Manusia yang
tidak mengerti hanya akan mengeluh hingga mati. Mungkin kamu takut akan panas
yang menghitamkan kulit mu. Mungkin banyak hal yang kamu anggap itu merugikan.
Sayang, teman, itu bukan maksud Tuhan. Apakah kamu ingat ketika sahabat ku
membasahi pakaian mu, bukankah kamu berharap kedatangan ku? Untuk mengeringkan
pakaian mu. Mungkin juga kamu lupa pentingnya garam di dapur. Ku harap dengan
dua hal penting ini saja dapat menyadarkan mu.
Maafkan kami Tuhan, yang takut akan
pengaturan-Mu. Kami manusia bodoh karena mengeluh dan menyalahkan-Mu akan
kerugian yang tak sebanding dengan manfaat yang Engkau beri. Mungkin kami takut
kulit hitam tak memikat. Akan tetapi, makanan kami dapat terasa nikmat.
Sebelum dijemput oleh Malaikat, tidak ada
kata terlambat untuk bertobat.
Edisi Garam Kekeringan, oleh Watermark.
Komentar
Posting Komentar