40 Janjiku Padamu


Membuat kesepakatan tanpa berpikir matang, ini yang terjadi pada penulis. Sesungguhnya penulis baru tersadarkan, bukankah berkata-kata tidak hanya bisa dilakukan oleh mulut. “Jangan katakan yang tidak kau lakukan.” Sebuah prinsip yang menjadi pertimbangan berat bagi penulis untuk menulis atau tidak. Semoga Allah SWT. membimbing dan mengampuni kita. Aamiin. (tulisan ini berbau agama Islam, tidak jika dibaca hingga akhir). 
Dimana letak kesalahan penulis ketika memohon kepada Allah? Bukannya nilai-nilai agama itu harus jadi yang pertama dan utama? Pancasila yang berbicara, bukan penulis. Indonesia memang bukan negara agama, tetapi Indonesia negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Masing-masing menjalankan kewajiban dan toleransi terhadap perbedaan keyakinan.
Jangan tanyakan mengapa judulnya “40 Janji Ku: Kerancuan Berpikir”. Cukup anda membacanya dan dipersilahkan berdoa menurut keyakinan masing-masing. Baik, kita mulai. Wait wait wait, memang dari tadi belum dimulai? Tergantung masing-masing saja ya.
Ketika agama hanya digunakan sebagai formalitas, itu penghinaan kepada Tuhan. Kecerdasan yang tidak dibimbing oleh Tuhan, itu akan menyesatkan, karena sudah pasti setan (Devil). (Ya Allah jadikan kami termasuk orang-orang yang mendapat bimbingan Mu). Tidak memperdulikan Tuhan, apa lagi dengan manusia. Tulisan ini bukan bermaksud ingin mengatakan semua orang sama (meng-generalisasi), tetapi bisa saja tulisan ini yang salah, dan bukan berarti tulisan ini akan salah.
Apa yang dicari? Kebanggaan. Apa arti dari kebanggaan yang tak berarti? Apa kebanggaan yang membantu? Kebanggaan hanya milik diri sendiri. Ketika memiliki jabatan bangga, ketika memiliki karya bangga, ketika sukses bangga, dan ketika orang lain terhina bangga. Ingat, kebanggaan yang dibangga-banggakan itu akan menyakitkan yang ada disekitar.
Bangga memiliki nilai tinggi, IPK tinggi? Tetapi cara mu membuat kau tak bernyali, harga diri mu serendah-rendah kehinaan. (Ingat ini penulis, apa yang telah kau perbuat?). Senang melihat orang lain lebih rendah? Tetapi ingat, kau di bumi tidak tinggal sendiri. Bumi bukan milik mu. Bumi itu berputar. Ketika kau berada di puncak, jangan lupa keindahan yang kau lihat juga ada di bawah. Perhatikan yang ada di sekitar, langit dan awan takkan indah jika tak ada sinar mentari, gunung takkan indah tanpa pepohonan dan sungai, hidup ini takkan indah tanpa pasangan, wkwk. Kembali serius! Artinya apa? Jadilah bagian dari keindahan dengan saling menutup kekurangan yang ada di sekitar. Jangan tebang pohon, untuk menutup kekurangan diri sendiri.
Help me! Help me! Help me! Tidak lagi diperdulikan, yang ada kata I’m sorry, because I forget. Jangan pamerkan jika tak ingin berbagi, kau tak suka tapi kau pamerkan. I know, hidup sepi hampa ingin dikenali. Bukan Tuhan, tapi ciptaan Tuhan yang memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kekompakan tanpa Solidarity? Bagaimana bisa berbicara kekompakan tanpa tahu makna umum. Ketika memiliki kepentingan, kebutuhan, sesuai dengan kemauan pribadi, lantas apakah kita harus membawa dalil kekompakan? Jangan berhenti pada yang terlihat. Sadarilah, keluh kesah hanya membuat resah, jangan dibagi dengan yang ada di sekitar. Ketidaksukaan terkadang membuat seseorang menilai sesuatu dengan tidak objektif. Adab menuntut Ilmu telah hilang (Ingat ini penulis, apa yang telah kau perbuat?)
10 karena dibaca satu kosong, maka penulis jadikan 1 (dibaca: satu). Tak berbicara bukan berarti sakit gigi, kata teman penulis. Angka hanya ada 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 dan huruf hanya ada A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z (dalam bahasa Indonesia). Hanya dengan angka dan huruf yang tak seberapa, dapat membuat manusia penuh dengan dosa atau salah atau menyakiti sesama. Lebih baik diam saja, ya? Memang diam itu lebih baik dan bicara juga bisa lebih baik dari diam. Tergantung sang pengguna kebijakan.
Berat menjadi mahasiswa yang tak punya dasar keilmuan dan/atau kemampuan. Terlau luas pandangan yang diperdebatkan sehingga lupa dengan hal yang sederhan, sehingga pandangannya menjatuhkan dia, karena terlalu fokus melihat gunung yang besar tanpa memperhatikan batu yang kecil di depannya. Buat apa mengeluarkan kata-kata bijak, jika diujung kalimat jangan contoh saya. Udara sebuah kebutuhan. Sekali lagi, Bumi bukan hanya milik mu. Bakar, hisap, hembuskan, itu kebebasan yang tak dilarang. Tetapi, lihat di sekitar, perhatikan, jangan sampai kebebasan itu diartikan bebas menyakiti yang ada disekitar. Bukan hanya membuang sampah pada tempatnya, tetapi buanglah sampah dan asap pada tempatnya.
Lucunya manusia-manusia ini. Hak Asasi Manusia (HAM) yang dijadikan senjata untuk masuk dan menjajah bangsa ini. Manusia-manusia yang ingin merusak tatanan kehidupan (LGBT) menggunakan dalil-dalil HAM, aktivis pendebat dengan percaya dirinya membela, kau orang Indonesia atau bukan? Bukan hanya tentang LGBT, secara umum HAM bisa menjadi pembela kebenaran dan juga bisa menjadi perusak kebenaran.
Menertawakan diri sendiri, kecanggihan technology yang digadang-gadang membuat kehidupan ini semakin kompleks, ternyata eh ternyata. Yang semula kehidupan primitive (katanya), yang sederhana ditertawakan, ternyata kehidupan technology, sadar atau tidak sedang menertawakan diri sendiri. Salah satu contoh kecanggihan kendaraan jalur darat adalah sepeda motor.
Persediaan bahan bakar berkurang sedangkan kebutuhan dua kali lipat meningkat. Mungkin jangan hanya program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk, sepertinya juga diperlukan program Kendaraan Berencana (KB) yang dapat menekan jumlah penambahan kendaraan darat di jalan-jalan. Pemerintah yang salah, tidak dapat menyelesaikan persoalan kemacetan. Haha, lucunya manusia-manusia ini, etss, ada betulnya juga sih. Tapi alangkan baiknya kita sebagai konsumen menyadarkan diri sendiri.
Kemacetan adalah kebahagiaan. Orang terlalu gembira ketika terjebak dalam kemacetan. Tapi…tampaknya tidak seperti itu. Ya, karena orang-orang lupa menertawakan dirinya sendiri. Sadar tidak sadar, pelebaran jalan-jalan, pembuatan jalan tol, dan jembatan. Itu hanya akan memanjakan para pembayar pajak. Ya, penulis teringat, jadi…? Untuk berada dalam situasi kemacetan, kita harus membayar, ya.
Bagaimana bisa jarak tempuh yang seharusnya membutuhkan 1 liter, kok jadi 2 liter? Alhamdulillah, tidak tuntas dalam mata pelajaran matematika, biologi, kimia, dan fisika, tidak membuat penulis bodoh dalam menjawab persoalan tersebut. Sederhana jawabannya, yaitu kemacetan. Kok kemacetan? Ya, karena dengan kemacetan bisa membuat jarak tempuh menjadi 2 kali lipat, 3 kali lipat, hingga bisa bermalam-malam lipat. Haha. Tidak lucu! Dalam tulisan ini anda tidak dipaksa untuk tertawa.

Kemajuan ini terlalu memaksa…
Bersambung…

Edisi Saatnya Anda Tertawa, oleh Watermark.

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Bukan Mahabarata

Andai Kata Dunia..

ISLAM: Kasih Sayang Bagi Semesta Alam