Tertekan Muntah


Tulisan sulit mengalir jika sengaja diminta, atau malah kadang jadi lebih bagus.

Kata saudaraku, Egha Mahendra, keseriusan muncul ketika kita dalam keadaan tertekan. Aku belum dapat argumen untuk membantah hal itu, tapi mungkin untuk sekarang, aku setengah setuju. Saat isi kepala mendesak untuk dimuntahkan, saat itu pula jemarimu lincah tergerakkan. Tapi, saat isi kepala beku dan didesak untuk memuntahkan, saat itu pula jemarimu lari ke sana kemari tak karuan. Saat kau membaca hasil “saat” yang kedua, saat itulah kau tahu bahwa tulisanmu bak kapal pecah.

Tekanan memang memunculkan keseriusan, dan peningkatan adrenalin serta kepala nyut-nyutan. Bagi mereka yang tak terbiasa bekerja dalam tekanan, kadang di tengah jalan muncul rasa ingin menyerah. Sebaliknya, bagi yang suka tantangan, maka ini adalah wahana menyenangkan. Bekerja di bawah tekanan mampu membuktikan seberapa matang kemampuan kita ketika diberi tanggung jawab secara mendadak, apalagi tenggat.

Hasil yang tercipta pun beraneka ragam, ada yang memuaskan, medium, maupun memalukan. Terlebih dalam menulis, terkadang kita tidak tahu apa yang jemari ini tekan saat sedang tertekan. Yang terpenting adalah, tulisan selesai. Acap kali, hasilnya terlihat tidak mengalir dengan baik, tapi tak jarang juga memuaskan –karena melewati proses riset yang rumit. Dua-duanya bagus, meski orang Jawa sering bilang ojo kesusu ben ora grasa-grusu. Yang tidak bagus itu, ya, yang tidak menulis.

Betul, gak, Mas-Mas dan Mbak-Mbak Manis?

Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram