Kali Kedua


Mendengar kali kedua, apa yang kalian pikirkan? Ada dua kali? Atau duanya dikali? Atau bahkan seperti judul lagu “kali kedua” yang dibawa oleh Raisa? (hmm promosi). Ada yang tahu liriknya, gak? Ckckck tarik nafas dulu, ambil nada rendah aja ya  takut gak kesampaian, nanti ujungnya jadi kecewa. (ehhh, malah ngelantur curhat) wkwk.  Pegang tanganku, bersama jatuh cinta… Kali kedua pada yang sama, sama indahnya” pokoknya gitu lah yaa, kalo dari awal sampai selesai kita buat konser. Sebuah judul di atas sudah menggarisbesarkan, ada history apasih dengan kali kedua ini? Sedikit cerita yaa..

Aku pernah jatuh cinta pada seorang lelaki tanpa aku kenal. Aku jatuh cinta pada masa putih biru, wajar gak, sih? Diwajarin aja lah yaa, namanya juga “cinta monyet”.  Bukan aku dan dianya monyet, tapi begitulah. Seperti judul lagu, kok jadi bahas judul lagu, ya? Mungkin pingin jadi artis tapi tak kesampaian wkwk.

Panggil saja dia pria terwewet, dia pria yang menurutku aneh tapi nyata. Aku dan dia menjalin hubungan “pacaran”, orang bilang sih begitu. Aku dan dia menjadi kita. Kita menjalin hubungan sudah cukup lama, hampir 3 tahun. Namanya juga manusia, ada sisi baik dan sisi buruk, seperti siang dan malam, panas dan hujan. Dia mempunyai sifat cemburuan, over protektif, egois, tapi aku menyayanginya. Cerita singkatnya, kita putus saat aku masih duduk di kelas 2 SMA. Kita menjalani kehidupan masing-masing, aku ya aku dan dia ya dia.  Setelah itu tidak ada lagi komunikasi, karena orang bilang sih, kalo jadi mantan ujungnya jadi benci. Yaa, begitulah, aku pun kurang paham dengan bahasa seperti itu.

Tapi tidak tahu dengan rencana Tuhan setelah itu, tepatnya pada bulan Juli 2018 ini, Tuhan mempertemukan kita kembali pada keadaan yang sangat jauh, yaitu LDR, hmmmm… Tapi Tuhan memperindah cerita kami saat ini. Karena dengan adanya kita di pertemukan kembali, maka kita tahu cara yang terbaik untuk memperlakukan orang yang kita saying yaitu dengan mendo’akannya. Karena do’a adalah salah satu cara menikung antara aku dan Tuhan. Tuhan tahu mana yang lebih pantas denganku, maka dari itulahTuhan menguji kita dengan keadaan ini, sayang. Kamu selalu berkata, aku di sini bukan sedang bersenang-senang, aku di sini sedang berjuang untuk memantaskan diriku untuk bersanding denganmu”, begitupun juga dengan aku di sini, sedang memperbaiki diri supaya aku bias pantas bersanding denganmu. Di sini pun aku sedang menuntut ilmu untuk bekal menjadi seorang “Ibu” dari anak-anakmu. Karena pada dasarnya, cantik saja tidak cukup. Butuh seorang wanita yang cerdas dan berintelektual.   

Edisi Kisahku, Kisahmu, Kisah Kita, oleh Seblak Jaipong.


Komentar

What's on?

Tentang Aku dan Sebuah Tragedi

Islamic Tolerance

Andai Kata Dunia..

Bukan Mahabarata

Seram